Alamat:

Jl. Pangkalan Samak No. 49 RT.18 Lk.VI (Pasar Senin) Kel. Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.
HP:
0852 6788 6580 (MUTTAQIN, S.T.) - 0852 6850 1978 (MEILY D.A.)

Selasa, 16 November 2010

KHUTBAH KEDUA IDUL ADHA 1431 H

الله اكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا لاإله إلاالله والله أكير, الله أكبر ولله الحمد.اَلحَمْدُ لله اَرْسَلَ رَسُولَهُ بِاالهُدى وَدِينِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلىَ الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوكَرِهَ المُشْرِكُونَ. اشهدان لااله الاالله وحده لاشريك له وَالشُهَدُ اَنَّ محمداً عَبدُهُ. اللهم صلِّ وسلِّم وبارك على نبيِّنا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين. امَّابَعدُ, فياعبادالله: اُوصيكم ونَفْسِي بَتَقْوَاللهِ وطَاعتِهِ لَعَلَّكم تُفلحونَ.
الله اكبر3 xولله الحمد
Hadirin kaum muslimin dan muslimat rahima kumullah
Hidup adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan, sekecil apapun pengorbanan itu, termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan seseorang. Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu titik kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua tingkatan usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Setelah sholat ‘Id ini, marilah kita rayakan hari-hari Alloh di bulan dzulhijjah ini tentunya dalam pelaksanakannya harus sesuai dengan syari’at yang telah di ajarkan Allah dan Rasul-Nya. Bagi mereka yang mampu melaksanakan penyembelihan hewan qurban, kita do’akan semoga Alloh berkahi dan terima pengorbanan mereka.
Untuk menyempurnakan ibadah kita izinkan saya mengingatkan beberapa hal yang terkait dengan ibadah qurban, yaitu:
1. SATU BINATANG BISA UNTUK SATU KELUARGA
Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari: “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah SAW ?” Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan)

2. BAGI YANG HENDAK BERQURBAN DILARANGAN MEMOTONG KUKU, RAMBUT, DAN KULIT.
Hal ini berdasar hadits Ummu Salamah, Nabi bersabda: “Jika kalian melihat hilal Dzulhijjah (dalam lafadz lain: telah tiba sepuluh awal Dzulhijah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia biarkan rambut dan kukunya” (Riwayat Muslim dan Ahmad). Dalam lafadz lain: “Maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun”.

3. MEMBERI TANDA HEWAN QURBAN
Hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits: “Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Shalad Dzuhur di Dzil Hulaifah, kemudian beliau minta dibawakan ontanya (yang akan diqurbankan. Pen.), lalu diberinya tanda pada bagian punuknya yang sebelah kanan dan ia keluarkan darah darinya dan dikalunginya dengan dua terompah (sandal), kemudian beliau naik ke kendaraannya. Maka tatkala kendaraan yang membawa Nabi telah sampai di Baida’ Nabi Ihram untuk haji” (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu dawud, dan Nasa’i).

4. MENAIKI HEWAN KURBAN
Hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Rasulullah melihat seorang laki-laki menuntun badanah-nya (onta untuk qurban). Nabi bersabda, “Tunggangilah”. Laki-laki itu berkata; “Ini adalah badanah.”Nabi bersabda; “Tunggangilah.” Laki-laki itu berkata; “Ini adalah Badanah.” Dan pada kedua atau ketiga kalinya Nabi menambahkan, “Tunggangilah, celaka kamu”. (Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah )
Dalam hadits lain dinyatakan: “Dan dari Ali , sesungguhnya ia pernah ditanya tentang (hukum) seseorang yang menaiki binatang qurban? Maka ia menjawab: “Tidak mengapa, sebab Nabi pernah berjalan bersama orang-orang yang berjalan kaki lalu menyuruh mereka supaya menaiki hewan qurbannya.” Ali berkata pula: “Tidak ada sunnah yang paling baik yang patut kamu ikuti selain sunnah Nabimu “ (Riwayat Ahmad)

5. YANG BERQURBAN MENYEMBELIHNYA SENDIRI
Adalah lebih utama bagi orang yang berqurban untuk menyembelihnya sendiri dan tidak mewakilkannya. Meskipun kita juga dibolehkan untuk mewakilkannya. Bila kita mewakilkannya maka kita tidak boleh mengupahnya dari hewan qurban tersebut, tetapi harus kita beri upah sendiri. Hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Dari Ali: Nabi memerintahkan aku untuk mengawasi (penyembelihan) Budn (Hewan qurban) dan tidak memberikan apapun kepada tukang jagal (sebagai upah menyembelih)” (Riwayat Bukhari). Pada riwayat yang lain disebutkan, Ali berkata: “Rasulullah memerintahkanku, agar aku mengurusi onta-onta qurban beliau, menshadaqahkan dagingnya, kulitnya, dan jilalnya. Dan agar aku tidak memberikan sesuatupun (dari qurban itu) kepada tukang jagalnya. Dan beliau bersabda: “Kami akan memberikan (upah) kepada tukang jagalnya dari kami” (Riwayat Muslim)

6. MAKAN BERSAMA
Hal ini berdasarkan sebuah hadits Jabir tentang sifat hajinya Nabi SAW (dikatakan): “Kemudian Nabi pergi ke tempat penyembelihan, lalu beliau menyembelih 63 badanah (onta/sapi) yang dilakukannya sendiri, kemudian ia menyerahkan sisanya kepada Ali untuk disembelih. Dan beliau bersekutu dalam qurban itu, kemudian beliau menyuruh dari masing-masing binatang kurban itu untuk diambil dagingnya lalu dimasukan di periuk dan dimasaknya, lalu Nabi SAW dan Ali makan (bersama) daging tersebut dan meminum kuahnya” (HR. Muslim dan Ahmad)

7. LARANGAN MENJUAL SESUATU DARI HEWAN KURBAN
“Dari Ali,bahwa Nabi memerintahkan agar dia mengurusi budn (benatangqurban) beliau, membagi semuanya, dagingnya, kulitnya, dan jilalnya (kepada orang-orang miskin). Dan dia tidak boleh memberikan satupun (dari qurban itu) kepada penjagalnya (HR. Bukhari, (Muslim))
Wallahu A’lamu Bish Shawwab,…..

Akhirnya, marilah kita hadapkan jiwa raga kita kepada Allah SWT. Bermunajat, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Marilah kita tutup khutbah ibadah shalat Ied kita pada hari ini dengan berdo’a:
أَعُوْذُبِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْم
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

اللهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِينَا وَارْحَمْهُمَا كمَا رَبَّيَانَا صَغِيْرة.
رَبَّنّا تّقَبّلْ مِنَّا إِنَّكَ أنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْم وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْم.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالحَمدللهِ رَبِّ العَالَمِيْن.
Billahittaufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum Wr Wb.


Anda membutuhkan
OBAT HERBAL?

Habbatussauda, Sari Kurma, Otem, Suncream, Minyak & Akar Zaitun, But-but, Sabun Mandi Herbal, dll
[Hubungi Abu Syamil : Jl. Pangkalan Samak (Kalangan Senen) Tanjung Batu / 0852 6788 6580

Senin, 15 November 2010

HAKIKAT BERKURBAN, Khutbah Idul Adha 1431H



Disampaikan Oleh MUTTAQIN, S.T.
Pada 17 Nopember 2010)di Masjid Jami’ Miftahul Jannah Desa Burai

إِنَّ الحَمدَ لله نحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ وَنَستَهدِيهِ وَنَتُوبُ إِلَيهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعمَالِنَا ، مَن يَهَدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَه وَمَن يُضلِلهُ فَلا هَادِيَ لَه ، أشهد أن لا إله إلا الله وَحدَهُ لاَ شَريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، بَلِغُ الرِّسَالَةَ وَأَدِّى اْلأَمَانَةَ وَنَصِحْ لِلأُمَّةِ وَجَاهِدُ في اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اللهم صل على محمد وعلى آله وَأَزْوَاجِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ رِضْوَانَ اللهِ عَلَيهِمَ. أَمّاَ بَعدُ أَيُّهَا المُسلِمُون أُوصِيكُم وَنَفسِي بِتَقوَى اللهِ عَزَّ وَجَل.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allah. Akbar!
Alhamdulillah, pagi ini kita semua berkumpul untuk memperingati satu diantara sekian banyak hari-hari Allah. Hari-hari yang kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian derajat di hadapan Alloh SWT.; menjadi saksi tentang jiwa-jiwa yang telah memberikan pengorbanan untuk nendapatkan kehidupan akhirat yang penuh kenikmatan. Untuk itulah Allah memerintahkan kita untuk senantiasa rnengingat hari-hari-Nya, agar dengan begitu kita senantiasa menemukan semangat luar biasa dan ketabahan untuk berjalan menuju kemuliaan;
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“… dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS: 14. 5)
Dan hari yang kita peringati ini adalah hari ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim as, sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik¬-detik paling rnenggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as. Putera pertama yang begitu lama dinantikan kehadirannya. Putera yang bahkan sejak kelahirannya, begitu banyak ujian yang Alloh berikan. Mari sejenak kita hadirkan kembali ingatan kita tentang beberapa penggal kisah sejarah kedua manusia mulia tersebut, berikut ini:
Lelaki tua itu berjalan tertatih. Hawa panas gurun membasuh seluruh tubuhnya. Di sampingnya berjalan seorang perempuan sambil menggendong bayinya yang masih merah. Mereka berjalan kaki menyusuri gurun pasir yang ganas dari Syam (Syria) hingga sampai di suatu daerah, Gunung Faran di Makkah. Lelaki tua itu menempatkan isteri dan anaknya di sebuah lembah gersang dan asing, lalu beliau pergi meninggalkan mereka berdua.
Sambil memegang baju suaminya, Si wanita memelas ingin pulang: “Ya Ibrahim, suamiku kemanakah gerangan engkau akan pergi meninggalkan kami, padahal kami tidak memiliki bekal apa-apa?”
Lelaki tua yang tidak lain adalah Sang Nabi diam tidak menjawab, karena sesungguhnya dia sendiri tidak tahu apa-apa kecuali hanya karena titah Allah semata, yang harus dia taati dan turuti selamanya. Sayyidah Hajar semakin penasaran untuk mengetahui gerangan apa motivasi suaminya berbuat demikian, sampai akhirnya dia bertanya: “Allah-kah yang memberikan titah ini? Ya, jawab Ibrahim As singkat”. Sang isteri segera mengerti seraya berkata: “Pergilah wahai kanda, jika ini adalah perintah-Nya, pasti Dia tidak akan membiarkan kita.”
Lalu Nabi Ibrahim As memanjatkan sebuah doa yang diabadikan dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 37:
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Tinggallah Sayyidah Hajar dan bayinya Ismail di tengah hamparan padang pasir yang tandus. Dahagapun mulai terasa poleh keduanya, namun wanita mulia itu tiada putus asa. Lalu dia pun berjalan mencari sebuah tempat yang lebih tinggi untuk melihat-lihat, adakah mata air untuk melepas dahaga sang anak dan juga dirinya. Dia pergi ke bukit Shafa, adakah orang yang melintas ke lembah tersebut ? lalu ia turun dari Shafa, ketika sampai di dataran paling rendah di antara dua bukit, dia semakin semangat untuk segera menuju bukit berikutnya, Marwah. Sesampainya di puncak Marwah, matanya yang awas segera bergerak melihat-lihat, adakah gerangan orang yang lewat? Lalu segera dia turun dari Marwah berlari menuju Shafa untuk melakukan hal yang sama. Lari menuruni bukit, ketika sampai di lembah, dia mempercepat larinya untuk naik menuju bukit yang lain, demikianlah Hajar berulang-ulang melakukannya sebanyak tujuh kali. Diawali di bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. “…karenanya orang-orang melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah”, sabda Rasulullah Saw.
Putus sudah, harapan Hajar untuk bergantung kepada sesama makhluk dan tidak tersisa baginya kecuali berharap kepada sang Khaliq seraya memanjatkan doa. Tiba-tiba dia mendengar suara, “engkau telah panjatkan doa memohon pertolongan”. Seketika sesosok malaikat tepat berada dekat kaki sang bayi sambil memukul-mukullkan tumitnya ke tanah hingga air yang penuh berkah memancar. Siti Hajar mulai mengumpulkan air dan memagarinya dengan pasir hingga air menggenang setinggi betis. “Sesungguhnya ketika Jibril menggerakkan kedua tumitnya untuk memencarkan air zam-zam, Ibu Ismail (Hajar) segera mengumpulkan kerikil (agar air menggenang). Semoga Allah merahmati Hajar, kalau saja dia tidak menghimpunnya, hanya akan menjadi mata air biasa (yang tercecer)”, sabda Rasulullah Saw.
Maka dengan kehendak Allah Swt, datanglah satu kabilah dari Yaman, lalu mereka menempati lembah tersebut. Siti Hajar dan puteranya, Ismail As, merasa tenang dengan kehadiran mereka, keduanya menjadi pelopor yang tinggal di tanah penuh berkah tersebut.
Lepas dari ujian yang berhasil mereka lewati dengan sukses tersebut, episode ujian berikutnya telah menanti bahkan lebih berat. Ketika Ismail As hampir mencapai usia remaja tibalah perintah Allah Swt kepada Ibarahim untuk menyembelih sang putera yang didamba-damba. Kita bisa membayangkan kala itu, betapa senangnya Ibrahim As memiliki putera satu-satunya, putera yang diidam-idamkannya, putera yang terlahir secara ajaib karena lahir dari rahim nenek yang sudah renta. Betapa senangnya Ibrahim As dianugerahi sesuatu yang sangat didambakannya, apalagi sang putera menjelang remaja, sebagai tunas yang kelak menggantikan misi dakwahnya.
Al-Quran mengisahkan secara dramatis dalam Surat Ash-Shaaffaat:102,
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.
Subhanallah ! keimanan sedalam apakah yang diperlihatkan oleh sang Nabi As, sebuah ketundukkan yang mengagumkan, suatu kepasrahan yang elegan. Ibrahim As, manusia lanjut usia yang terpisah dari keluarga dan sanak saudara sekian lama karena misi yang beliau emban, sang pengembara yang selamanya berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Tatkala di usia senja dianugerahi putera yang diidamkannya, ketika sang putera yang sering ditinggalkan telah menginjak remaja, tersirat harapan besar sang pelanjut misi suci, tiba-tiba Sang Khaliq memberi perintah untuk menyembelih sang putera tercinta.
Sang Nabi dihadapkan pada dua pilihan sulit, apakah taat pada perintah Allah atau mengikuti rasa cintanya kepada sang putera ? Bukan pilihan yang mudah bagi manusia pada umumnya. Namun, naluri iman yang suci membimbingnya untuk tunduk kepada perintah Maha Pencipta. Tanpa ragu sedikitpun, tanpa bertanya, kenapa ya Allah, Engkau menyuruhku untuk menyembelih puteraku satu-satunya, kenapa Engkau tidak memerintahkan yang lain? Ibrahim tetap mantap untuk memenuhi perintah Allah Swt.
Dengan penuh ketulusan, sikap pasrah yang total, dengan penuh ketenangan sang Bapak memanggil puteranya seraya berkata: “Hai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi, dan engkau tahu mimpi seorang Nabi adalah benar adanya. Aku diperintahkan oleh Allah untuk menyembelihmu, fikirkanlah oleh mu, bagaimana menurutmu?
Sang Nabi tidak ingin merasa dirinya saleh tanpa menyertakan sang putera tercinta untuk merasakan tingkat ketundukkan dan kepasrahan yang tinggi dihadapan Allah. Sang putera harus tahu arti ketundukkan dan kepasrahan yang sebenarnya, karena kelak dia akan mengemban misi yang sangat berat. Ibrahim As tidak mengatakan: “Hai Ismail, ini perintah Tuhan, suka atau tidak kamu harus menaatinya!” Tetapi dengan pendekatan yang penuh keakraban dan rasa kasih sayang, sang bapak memberikan kesempatan kepada puteranya untuk merenungkan sesuatu sebelum dia mengikuti perintah sang bapak, “Bagaimana pendapatmu nak?”
Seperti dalam pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, Ibrahim As adalah seorang pendidik yang agung, tidaklah heran jika sang anak memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan bapak. Hanya melalui cerita mimpi sang Ayah, sang anak tahu ayahnya seorang Nabi dan dia tahu mimpi seorang Nabi adalah benar adanya. Tanpa ragu sedikitpun Isma’il As, putera Ibrahim As, bergeming seraya berkata: “Duhai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan, jika itu titah Allah, insya Allah aku siap untuk bersabar menjalankannya”. Subhanallah ! Tanpa diduga-duga oleh Ibrahim As, sang putera tercinta, Ismail As, dengan lantang, tegar, penuh kepasrahan dan keyakinan bersedia untuk disembelih oleh tangan bapaknya sendiri hanya karena ini adalah perintah Allah.
Ismail tunduk dan bersedia untuk disembelih bukan karena kepahlawanan, bukan karena ingin disebut pemberani, bukan pula sebuah aksi nekat yang tanpa pertimbangan. Yang dilakukannya adalah hanya mengikuti dan tunduk pada perintah Allah, karena dia yakin ini perintah Allah maka dia juga meyakini, Allah akan memberinya sesutu yang terbaik, dan yang terbaik bagi dirinya adalah bersikap sabar.
Tibalah saatnya eksekusi, Ibrahim As menuntun puteranya, Ismail As menuju Mina untuk melaksanakan perintah Allah Swt. Tenyata, ada yang tidak senang dengan apa yang dilakukan Ibrahim As beserta puteranya, dialah Syaitan. Makhluk terkutuk ini merasa geram jika ada diantara hamba-hamba yang tunduk dan pasrah kepada Allah. Dialah Syaitan yang membangkang perintah Allah untuk bersujud kepad Adam As, meskipun hanya satu kali sujud. Dengan berbagai tipu daya dan muslihat Syaitan berupaya menggagalkan rencana Ibrahim As dan puteranya Ismail.
Syaitan berupaya menggoda di tiga lokasi yang berbeda. Dengan sigap, Ibrahim As melemparinya dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali. Syaitan lari, ke lokasi yang berada di tengah, Ibrahim As melemparinya lagi sebanyak tujuh kali, hingga akhirnya syaitan lari ke lokasi yang berikutnya, demikian pula Ibrahim As mengejar dan melemparinya dengan batu dan jumlah lemparan yang sama sampai akhirnya syetan lari tunggang langgang.
Dengan langkah pasti Ibrahim As bersegera melanjutkan rencana sucinya. Sesaat kemudian sang putera tercinta berbaring pasrah, sementara sang bapak dengan penuh kerelaan siap menghunuskan pedang menyembelihnya. Mereka bedua telah membuktikan kepada dunia tentang arti kepasarahan dan ketundukkan kepada Yang Maha Kuasa, sang ayah telah siap mengucurkan darah putranya, namun kehendak Allah di atas segalanya. Allah tidak akan membiarkan hambanya yang saleh ternoda jasadnya begitu saja, Allah tidak akan membiarkan hambanya yang taat lehernya bersimbah darah. Kesalehan, ketundukan dan kepasrahan mereka telah terbukti, mereka adalah hamba Allah yang sukses melewati ujian yang maha berat.
ltulah kisah keteladanan tentang pengorbanan paling akbar dalam sejarah manusia. Dan itulah hari-hari Allah! Maka dengarlah Allah berfirman tentang lbrahim;
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah ayat 124)
Dan dengarlah Allah berfirman tentang lsmail as,
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Inilah salah satu kisah pengorbanan dalam sejarah kemanusiaan. Dalam sejarah itu akan selalu ada darah dan air mata. Tapi hanya itulah yang dapat mengantar setiap pribadi menuju muara kebesarannya. Dan hanya itulah yang dapat mengantar setiap umat menuju muara kejayaannya. Demikianlah salah satu cara Alloh SWT memberikan pelajaran kepada hamba-Nya tentang jalan menuju kejayaan dan kemuliaan, yaitu dengan berkorban.
Lihatlah bagaimana putera Adam, Habil, mempersembahkan hewan terbaik yang ia miliki sebagai persembahan kepada Allah untuk membuktikan kedalaman takwanya (QS. Al Maidah).
Bayangkan bagaimana perasaan ibunda nabi Musa saat ia memutuskan untuk melepaskan bayi laki-lakinya terapung-apung di atas sungai Nil (QS Thoha ayat 38-39).
Lihatlah bagaimana nabi Yusuf harus mengorbankan masa mudanya di dasar sumur yang gelap, lalu dalam penjara yang begitu melelahkan (QS. Yusuf : 33).
Lihatlah bagaimana nabi Nuh mengorbankan 950 tahun dan masa hidupnya untuk dakwah dan akhirnya hanya mendapat dua belas pasang pengikut (QS. Nuh : 1-9).
Lihatlah bagaimana nabi Musa as dan Harun as melewati jalan terjal untuk menyampaikan dakwah dan harus menghadapi seorang thagut besar yang mengklaim diri jadi Tuhan yaitu Fir’aun? Lihatlah bagaimana Ashabul kahfi harus mengorbankan masa muda mereka dan meninggalkan kota mereka untuk mempertahankan agama mereka dan meminta kenyataan bahwa rnereka harus hidup dalam gua.
Lihatlah bagaimana nabi kita, Muhammad saw, harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun, 2 bulan dan 22 han? Lihat pula bagaimana sahabat-¬sahabat beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama mereka? Lihat pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa apa-apa? Maka Allah berfirman tentang mereka semua:
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni`mat) yang mulia.” (QS. AL Anfaal ayat 74)

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (QS. Al Fath ayat 29)

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Dalam jiwa kita mungkin tersimpan satu pertanyaan; “Mengapa dalam sejarah kemanusian selalu harus dialiri oleh darah dan air mata? Mengapa kita harus selalu berkorban? Tidak bisakah Allah menjadikan hidup ini tenang , dimana manusia hanya menyembah-Nya, dimana manusia hanya punya satu agama, dimana manusia tidak berbeda dalam pikiran, jiwa dan watak, diumana dunia ini menjelma taman kehidupan yang indah?”
Sesungguhnya Allah SWT Maha Kuasa melakukan semua itu; Ia bisa membuat manusia hidup (damai dengan hanya satu agama, Tanpa pertentangan diantara mereka, tanpa konflik, tanpa darah dan air mata, dimana hanya ada kegembiraan, dimana hanya ada cinta, dimana hanya ada lagu-lagu kehidupan yang indah. Sebagaimanafirman-Nya:
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“…Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),..(QS:5: 48).
Jawaban pertanyaan di atas adalah Allah berkehendak mempertemukan kita dengan suatu hakikat bahwa hidup sepenuhnya hanyalah ujian semata dari Allah, dan bahwa hanya ada satu kata kunci dalam setiap ujian, yaitu duri-duri di sepanjang jalan kehidupan ini harus dilalui dengan penuh pertanggungjawaban. Simaklah firman Allah;
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS 67: 2,).
Masih ada satu hakikat lagi, yaitu: bahwa Allah ternyata tidak menurunkan Adam dan Hawa sendiri ke bumi. Allah menurunkan mereka berdua bersama Iblis yang akan menyesatkan Adam beserta segenap anak cucunya hingga hari kiamat dari jalan kebenaran. Selain Iblis yang ada di luar diri kita, di dalam diri kita sendiri juga terdapat unsur setan yang menjadi pusat pendorong kepada perbuatan jahat. Maka hakikat ini hendaklah menyadarkan kita bahwa hidup akan senantiasa dipenuhi pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan kebatilan, antara tentara Iblis dan tentara Allah. Di sini tidak ada pilihan untuk tidak memihak. Dan karenanya setiap orang pasti harus berkorban, sebab setiap orang pasti terlibat dalam pertarungan abadi ini. Kalau seseorang tidak berada dalam kubu kebenaran, pastilah dia berada dalam kubu kebatilan. Dan tidak ada kubu pertengahan.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (‘Q.S: 2: 36)
Demikianlah kedua hakikat tersebut menjadikan pengorbanan sebagai suatu keharusan hidup. Dan hanya ada satu hal yang kelak akan memisahkan perngorbanan dari manusia, yaitu kematian! Ya. .hanya itu yang akan membebaskan kita dari pengorbanan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal. Marilah kita simak dialog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah saw berikut ini;
Dan Saad binAbi Waqqas; is berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rosulullah menjawab; “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji dengan sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semankin keras. Dan Jika ada kelelamahan dalan agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.”HR Ibnu Majah dari Saad bin Abi Waqqas; sebagaian maknanya terdapat juga dalam shahih Bukhari dan Muslim)
Begitulah saudara-saudaraku, pengorbanan menjadi harga mati bagi iman; dimana geliat imanmu hanya akan terlihat pada sebanyak apa engkau berkorban, pada sebanyak apa engkau memberi, pada sebanyak engkau lelah, pada sebanyak apa engkau menangis; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana engkau menyerahkan harta dan jiwamu sebagai persembahan total kepada Allah swt. Maka bertanyalah kepada diri sendiri; sudah berapa banyak yang engkau berikan? Sudah berapa banyak engkau meneteskan air mata?, Sudah berapa banyak engkau lelah?, Sudah berapa banyak?
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Saudara-saudaraku! Dalam semangat Idul Qurban tahun ini, maka buatlah perjanjian sekali lagi dengan Allah; bahwa segenap hidup dan matimu, segenap jiwa dan pikiranmu, segenap harta dan waktumu, telah engkau jual kepada Allah swt yang akan dibayarnya – kelak- dengan surga;
إن اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْءَانِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. At Taubah ayat 111. (by Al Manar)
Jangan biarkan syaithon mengambil alih dengan segala tipu dayanya sehingga pengorbananmu berupa harta, pemikiran, waktu (umur), tenaga, kesehatan dan keselamatan tertuju untuk hal-hal yang sia-sia apalagi untuk kemaksiatan, perbuatan keji dan munkar dalam pandangan Alloh SWT.
Semoga Alloh SWT memberikan perlindungan, Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
1. Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (menyembelih hewan qurban dan mensyukuri nikmat Allah).
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari Rahmat Alloh)

بَاَركَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِي القرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَاذِّكْرالحَكِيْمِ. أَقُولُ قَولِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيمِ لِي وَلكُمْ وَساَئِرِالمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَ نْبٍ فَاسْتَغْفِرُهُ إنَّهُ هُوَالغَفُورُالرَّحِيم.


Anda membutuhkan
OBAT HERBAL?
Habbatussauda, Sari Kurma, Otem, Suncream, Minyak & Akar Zaitun, But-but, Sabun Mandi Herbal, dll
[Hubungi Abu Syamil : Jl. Pangkalan Samak (Kalangan Senen) Tanjung Batu / 0852 6788 6580

Rabu, 10 November 2010

Yang Terlupakan dalam Ibadah Qurban

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,…” (.Al Ahzab : 21)

Islam adalah ajaran yang paling lengkap dan paripurna. Semua telah dijelaskan oleh Allah dan Rasulullah. Termasuk dalam berqurban. Jadi, dalam pelaksanakannya harus sesuai dengan syari’at yang telah di ajarkan Allah dan Rasul-Nya. Saat ini banyak sunnah-sunnah yang diabaikan kaum muslimin dalam melaksanakan ibadah qurban :

1. MELALAIKAN SYARI’AT QURBAN
Banyak diantara kaum muslimin yang kurang merespon ibadah qurban ini, padahal dia mampu untuk melakukannya. Qurban merupakan salah satu syi’ar Islam yang disyari’atkan dalam Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma’ para ulama. Allah berfirman:“Maka Shalatlah karena Rabb-mu dan sembelihlah qurban” ( Al Kautsar :2)
Banyak sekali hadits-hadits yang menunjukan tentang diyari’atkannya untuk berqurban pada iedul Adha, juga perkataan para ulama’. Ibnul Qoyyim Rahimahullah berkata; “Menyembelih hewan qurban pada waktunya, lebih utama dari pada sedekah dengan uang senilai harga hewan tersebut. Sayang banyak kaum muslimin yang melalaikan syari’at ini. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang lebih senang berkurban pada hari raya lainnya yang tidak disyari’atkan, seperti budaya kambing guling pada perayaan tahun baru masehi, dll.

2. SATU BINATANG BISA UNTUK SATU KELUARGA
Dikatakan oleh ‘Atha bin Yasar; aku bertanya kepada Ayyub Al Anshari: “Bagaimana hewan-hewan qurban dimasa Rasulullah SAW ?” Dia menjawab; “Adalah seorang pria berqurban untuk dirinya dan keluarganya” (Riwayat Tirmidzi (1565), dengan sanad hasan)

3. LARANGAN MEMOTONG KUKU, RAMBUT, DAN KULIT BAGI YANG HENDAK BERQURBAN.
Jika telah masuk bulan Dzulhijah, maka yang harus dijauhi oleh orang yang hendak berqurban untuk memotong rambut, kuku, serta kulitnya meskipun hanya sedikit, hingga ia selesai melaksanakan penyembelihan qurban. Hal ini berdasar hadits Ummu Salamah, Nabi bersabda: “Jika kalian melihat hilal Dzulhijah (dalam lafadz lain: telah tiba sepuluh awal Dzulhijah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia biarkan rambut dan kukunya” (Riwayat Muslim dan Ahmad). Dalam lafadz lain: “Maka janganlah ia mengambil rambut dan kulitnya sedikitpun”.
Hukum ini hanya berlaku untuk orang yang berqurban, dan hukum ini berkaitan dengan orang yang berqurban, karena Nabi menyatakan;”Dan salah satu kalian ingin berqurban”, Nabi tidak menyatakan;”Ingin berqurban untuknya”. Nabi juga berqurban untuk keluarganya dan tidak ada keterangan beliau juga memerintahkan yang demikian pada keluarganya. Maka bagi keluarga yang berqurban boleh ia memotong rambut, kuku dan kulitnya. Jika ada orang yang melanggar hal ini maka kewajibannya hanya bertaubat kepada Allah dan berniat untuk tidak mengulanginya, tidak ada kaffarat baginya.

4. MEMBERI TANDA HEWAN QURBAN
Menandai hewan qurban merupakan salah satu sunnah Rasulullah , hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits: “Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Shalad Dzuhur di Dzil Hulaifah, kemudian beliau minta dibawakan ontanya, lalu diberinya tanda pada bagian punuknya yang sebelah kanan dan ia keluarkan darah darinya dan dikalunginya dengan dua terompah (sandal), kemudian beliau naik ke kendaraannya. Maka tatkala kendaraan yang membawa Nabi telah sampai di Baida’ Nabi Ihram untuk haji” (Riwayat Muslim, Ahmad, Abu dawud, dan Nasa’i).
Inilah sunnah yang sering terlupakan oleh kaum muslimin saat ini. Memberi tanda hewan qurban dengan mengalunginya dengan dua sandal bukan satu sandal, dan melukai punuk sebelah kanan untuk onta dan sapi mungkin suatu hal yang aneh saat ini, tetapi inilah sunnah yang dicontohkan Rasulullah.

5. MENAIKI HEWAN KURBAN
Termasuk sunnah Rasulullah adalah menaiki hewan qurban kita, bila kita berqurban onta atau sapi, hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Rasulullah melihat seorang laki-laki menuntun badanah-nya. Nabi bersabda, “Tunggangilah”. Laki-laki itu berkata; “Ini adalah badanah (onta untuk qurban).”Nabi bersabda; “Tunggangilah.” Laki-laki itu berkata; “Ini adalah Badanah.” Dan pada kedua atau ketiga kalinya Nabi menambahkan, “Tunggangilah, celaka kamu”. (Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah )
Dalam hadits lain dinyatakan: “Dan dari Ali , sesungguhnya ia pernah ditanya tentang (hukum) seseorang yang menaiki binatang qurban? Maka ia menjawab: “Tidak mengapa, sebab Nabi pernah berjalan bersama orang-orang yang berjalan kaki lalu menyuruh mereka supaya menaiki hewan qurbannya.” Ali berkata pula: “Tidak ada sunnah yang paling baik yang patut kamu ikuti selain sunnah Nabimu “ (Riwayat Ahmad)

6. YANG BERQURBAN MENYEMBELIHNYA SENDIRI
Adalah lebih utama bagi orang yang berqurban untuk menyembelihnya sendiri dan tidak mewakilkannya. Meskipun kita juga dibolehkan untuk mewakilkannya. Bila kita mewakilkannya maka kita tidak boleh mengupahnya dari hewan qurban tersebut, tetapi harus kita beri upah sendiri. Hal ini berdasarkan sebuah hadits: “Dari Ali: Nabi memerintahkan aku untuk mengawasi (penyembelihan) Budn (Hewan qurban) dan tidak memberikan apapun kepada tukang jagal (sebagai upah menyembelih)” (Riwayat Bukhari). Pada riwayat yang lain disebutkan, Ali berkata: “Rasulullah memerintahkanku, agar aku mengurusi onta-onta qurban beliau, menshadaqahkan dagingnya, kulitnya, dan jilalnya. Dan agar aku tidak memberikan sesuatupun (dari qurban itu) kepada tukang jagalnya. Dan beliau bersabda: “Kami akan memberikan (upah) kepada tukang jagalnya dari kami” (Riwayat Muslim)

7. MAKAN BERSAMA
Satu lagi sunnah yang banyak terlupakan adalah makan bersama. Hal ini terjadi karena banyak diantara kaum muslimin yang mewakilkan kepada panitia qurban. Padahal termasuk sunnah adalah makan bersama yang diambil sebagian dari masing-masing binatang qurban. Yang terjadi di masyarakat justru tidak demikian, yang makan bersama adalah para panitia Qurban, karena pemilik kurbannya tidak datang. Dan daging yang dimasak pun tidak diambil sebagian dari tiap-tiap binatang qurban, tetapi mereka memotong satu atau dua ekor dari binatang kurban titipan tersebut lalu mereka memasaknya untuk makan bersama. Hal ini bertentangan dengan sebuah hadits Jabir tentang sifat hajinya Nabi SAW (dikatakan): “Kemudian Nabi pergi ke tempat penyembelihan, lalu beliau menyembelih 63 badanah (onta/sapi) yang dilakukannya sendiri, kemudian ia menyerahkan sisanya kepada Ali untuk disembelih. Dan beliau bersekutu dalam qurban itu, kemudian beliau menyuruh dari masing-masing binatang kurban itu untuk diambil dagingnya lalu dimasukan di periuk dan dimasaknya, lalu Nabi SAW dan Ali makan (bersama) daging tersebut dan meminum kuahnya” (HR. Muslim dan Ahmad)

8. LARANGAN MENJUAL SESUATU DARI HEWAN KURBAN
Saat ini banyak kaum muslimin, terutama para panitia kurban yang menyelewengkan hal ini. Mereka menjual bagian dari binatang kurban, karena kesulitan mendistribusikannya. Menjual kulit binatang kurban adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh sebagian kaum muslimin padahal ini dilarang. “Dari Ali,bahwa Nabi memerintahkan agar dia mengurusi budn (benatangqurban) beliau, membagi semuanya, dagingnya, kulitnya, dan jilalnya (kepada orang-orang miskin). Dan dia tidak boleh memberikan satupun (dari qurban itu) kepada penjagalnya (HR. Bukhari, (Muslim))
Wallahu A’lamu Bish Shawwab,…..

Diambil dari http://masbadar.com



Anda membutuhkan
OBAT HERBAL?


Habbatussauda, Sari Kurma, Otem, Suncream, Minyak & Akar Zaitun, But-but, Sabun Mandi Herbal, dll
[Hubungi Abu Syamil : Jl. Pangkalan Samak (Kalangan Senen) Tanjung Batu / 0852 6788 6580

Rabu, 03 November 2010

Percaya Ramalan Bintang, Bolehkah..?

Kayaknya, ramalan bintang masih menjadi bahan rujukan anak muda untuk mengetahui banyak hal tentang masa depan mereka. Bolehkah..? Bagaimana pandangan Islam tentang Ramalan Bintang ini?
Berikut ini saya postkan kembali hasil penjelajahan saya tentang Hukum Mempercayai Ramalan Bintang.

DR. Husamuddin bin Musa ‘Afanah—Ustadz bidang studi Fiqih dan Ushul Fiqih di Universitas al Quds, Palestina—mengatakan :
Yang pertama mesti diingat bahwa ilmu perbintangan sudah dikenal sejak dahulu dan orang orang Arab dahulu biasa menentukan waktu berdasarkan kemunculan bintang karena mereka tidak mengenal perhitungan sehingga mereka menghafal waktu-waktu didalam setahun berdasarkan bintang-bintang yang ingin tenggelam.
Para ulama syariah membagi ilmu perbintangan ini menjadi dua bagian :

1. Ilmu perbintangan untuk perhitungan, yaitu menentukan awal bulan-bulan dengan menghitung perjalanan bintang. Berdasarkan perhitungan seperti ini maka mereka bisa mengetahui waktu-waktu, zaman-zaman, musim, arah kiblat dan sebagainya. Ilmu perbintangan seperti ini merupakan salah satu cabang dari ilmu falak. Dan seringkali kebanyakan orang menamakan ilmu falak dengan ilmu perbintangan meski di sana terdapat perbedaan yang jauh antara orang-orang ahli perbintangan dengan orang-orang ahli falak dan antara ilmu perbintangan dengan ilmu falak.

Ahli nujum adalah orang yang menganggap bahwa dirinya mengetahui nasib manusia, masa depan mereka, akhir kehidupan mereka berdasarkan posisi bintang-bintang ketika muncul. Orang itu melihat kepada bintang-bintang dan menghitung waktu terbit dan tenggelamnya dan perjalanannya lalu dari situ dia memperkirakan keadaan manusia maupun alam ini. Praktek ilmu perbintangan seperti ini kemudian dikenal dengan astrologi.
Astrologi adalah praktek menggabungkan antara posisi bintang-bintang serta pergerakannya dengan prilaku, perbuatan, akhir manusia dan si ahli nujum dengan bintang-bintang itu mengumumkan bahwa bintang-bintang tersebut memberikan pengaruh kepada suatu kehidupan maupun kematian manusia. Terhadap hal ini banyak para ulama atau ilmuwan termasuk para ahli ilmu falak dan fuqaha menentang praktek astrologi dan ramalan-ramalan seperti ini…” (Ceramah dengan judul “Ilmu Falak dan Penentuan Awal Bulan Qomariyah”, DR. Yusuf Marwah.

As Syeikh Ibnu Ruslan mengatakan,”Adapun ilmu perbintangan yang digunakan untuk mengetahui waktu pergeseran arah kiblat, berapa yang lenyap dan berapa yang tersisa maka tidaklah termasuk yang dilarang.” (Nailul Author juz VII hal 206)

2. Mengaitkan berbagai kejadian di bumi dengan keadaan benda-benda angkasa serta menganggap bahwa susunan benda-benda angkasa mempunyai pengaruh terhadap berbagai kejadian yang terjadi di bumi, inilah yang dimaksud dengan astrologi. Astrologi diharamkan dan dilarang oleh syariat karena sesungguhnya para astrolog ini menganggap adanya hubungan antara kejadian-kejadian yang terjadi pada manusia dengan pergerakan bintang-bintang dan menganggap bahwa ia memiliki pengaruh terhadap kejadian-kejadian itu.

Para ulama islam telah bersepakat tentang pengharaman ilmu nujum (astrologi) dalam makna yang seperti ini. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Perbuatan astrologi yang mengandung hukum-hukum, pengaruh-pengaruh yaitu menggunakan keadaan benda-benda langit serta memadukan antara kekuatan benda-benda langit dan kejadian-kejadian di bumi adalah perbuatan yang diharamkan berdasarkan al Qur’an, sunnah maupun ijma umat bahkan ia diharamkan pula melalui lisan para rasul di setiap agama.”
Asy Syeikh Ibnu Ruslan didalam “Syarh as Sunan” mengatakan,”Yang dilarang adalah apa yang dianggap oleh para astrolog bahwa mereka mengetahui berbagai kejadian yang belum terjadi dan yang akan terjadi di masa yang akan datang serta mengira bahwa mereka dapat mengetahui itu semua melalui perjalanan bintang-bintang di tempat edarnya, penyatuan maupun perpisahan diantara bintang-bintang padahal itu merupakan monopoli Allah dengan ilmu-Nya.” (Nailul Author juz VII hal 206)

Asy Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan,”Astrologi termasuk jenis sihir dan perdukunan yang diharamkan karena dibangun diatas khayalan yang tidak realistis. Maka tidaklah ada hubungan antara kejadian-kejadian di bumi dengan apa yang terjadi di langit. Dan keyakinan orang-orang jahiliyah adalah bahwa matahari dan bulan tidaklah bersatu (gerhana) kecuali karena adanya kematian seseorang.
Pernah terjadi gerhana matahari di masa Nabi saw di hari kematian putranya, Ibrahim, dan orang-orang saat itu mengatakan,”Gerhana matahari ini terjadi karena kematian Ibrahim.” Maka Nabi saw pun berkhutbah saat shalat gerhana dan bersabda,”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah swt, dan tidaklah terjadi gerhana dikarenakan kematian atau kehidupan seseorang.”
Artinya Nabi saw membantah keterkaitan berbagai kejadian di bumi dengan keadaan benda-benda langit sebagaimana bahwa lmu nujum dengan makna seperti ini (astrologi) adalah bagian dari sihir dan perdukunan. Ia juga menjadi sebab terhadap berbagai khayalan dan kebimbangan jiwa yang tidak realistis dan tidak memiliki dasar dan menjatuhkan manusia kedalam berbagai khayalan, pesimistis serta kebimbangan yang tiada berujung.” (Fatawa al Aqidah hal 336)
Dalil-dalil diharamkannya astrologi ini demikian banyak diantaranya :

1. Dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka sesungguhnya ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, semakin bertambah (ilmunya) semakin bertambah pula (dosanya), semakin bertambah (ilmunya) semakin bertambah pula (dosanya)." (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh al Albani)
Asy Syaukani mengatakan bahwa makna “semakin bertambah dan semakin bertambah” adalah bertambah ilmu nujum sebagaimana bertambah sihirnya maksudnya adalah apabila bertambah ilmu nujumnya maka seakan-akan bertambah pula sihirnya. Telah diketahui bahwa pada dasarnya ilmu sihir adalah haram dan menambah ilmu sihir ini lebih haram lagi sebagaimana menambah ilmu nujum.” (Nailul Author juz VII hal 207)

2. Didalam riwayat lain dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu nujum untuk hal-hal yang tidak disebutkan Allah swt maka ia telah mempelajari satu cabang dari sihir. Ahli nujum adalah dukun dan dukun adalah penyihir dan penyihir adalah kafir.” (HR. Rozin didalam musnadnya. Lihat Misykaat al Mashobiih juz II hal 1296)

3. Dari Abi Mihjan bahwa Nabi saw bersabda,”Yang aku khawatirkan dari umatku sepeninggalku adalah tiga : kesewenang-wenangan umatku, mengimani (meyakini) ilmu nujum dan mendustakan takdir.” (HR. Ibnu Asyakir dan Ibnu Abdil Barr di kitab “Jami’ Bayan al Ilmi” dan dishahihkan oleh al Albani didalam “Shahih al Jami’” juz I hal 103)

4. Dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu dia bertanya kepadanya tentang sesuatu maka tidak diterima shalat darinya selama 40 hari.”

5. Dari Abu Hurairoh berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa mendatangi seorang peramal atau dukun lalu dia membenarkan perkataannya maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ashabus Sunan. Hadits ini shahih sebagaimana dikatakan al Albani didalam “Shahih at Targhib wa at Tarhib” juz III hal 172) Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,”Peramal mencakup dukun, ahli nujum dan sejenisnya termasuk orang-orang yang menganggap dirinya mengetahui perkara-perkara dengan cara-cara demikian.” (Majmu al Fatawa juz XXXV hal 173)
Memperhatikan dua hadits terakhir diatas bahwa sebatas mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu kepadanya sudah menjadikan seorang muslim mendapatkan sangsi dengan tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Dan apabila dia membenarkan perkataannya maka dirinya telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. Hal itu dikarenakan apa yang diturunkan kepada Muhammad adalah firman Allah swt :

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Artinya : “Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An Naml : 65)
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾
إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧﴾
Artinya : “(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26 – 27)

Dan dari Anas bahwa Nabi saw bersabda,”Yang aku khawatirkan dari umatku sepeninggalku adalah dua hal : mendustakan takdir dan membenarkan (ilmu) nujum.” (HR. Abu Ya’la, Ibnu Adi dan al Khatib. Hadits ini dishahihkan oleh al Albani) –(www.islamonline.net)
Ringkasnya bahwa ilmu ramalan dengan menggunakan bintang untuk mengetahui nasib seseorang, seperti : jodoh, rezeki, kehidupan atau kematiannya termasuk bentuk kemusyrikan yang dilarang agama.
Dan dilarang pula bagi seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah mendatangi peramal yang menggunakan perbintangan ini dan jika dirinya tidak mempercayai perkataannya maka shalatnya selama empat puluh hari tidaklah diterima Allah dan jika dia membenakannya maka dirinya telah dianggap kufur terhadap al Qur’an yang telah diturunkan Allah swt kepada Rasulul-Nya Muhammad saw.
Wallahu A’lam

sumber:http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/percaya-ramalan-bintang-astrology.htm